Sunday, May 23, 2010

SESAL KEMUDIAN TIADA GUNA

Bismillahirrahmanirrahiim,

“Mama… tolong bacakan cerita ini untukku,” rajuk seorang gadis kecil pada mamanya. Sang mama yg sedang sibuk dengan pekerjaan kantor yg dibawanya pulang, hanya diam saja sambil matanya tak lepas dari layar monitor PC nya. “Ayoo dong, ma..” ulang sang gadis kecil lagi sambil menarik lengan mamanya. “Aduuh… menganggu saja.. minta bacain sana sama mbak Jum,” telunjuk sang mama mengarah ke arah dapur. Maksudnya Ia menyuruh anaknya dibacakan cerita oleh sang pembantu yg sedang sibuk di dapur. Dengan wajah sedih, sang anakpun berlalu dari situ.

Keesokan paginya ketika sang mama sudah kelihatan rapi hendak ke kantor, gadis kecil itu berlari memeluk mamanya. “Mama… jangan ke kantor, aku rindu pada mama.. sehari ini saja, aku janji tidak akan menganggu mama lagi,” pinta gadis kecil itu dengan bola mata sedih, memohon pada mamanya. “Mama tidak bisa sayang, hari ini mama ada meeting penting di kantor, nanti saja mama pulang kita main yaa…” bujuk sang mama sambil terus menyiapkan tas kantornya. “Tapi aku hanya minta sekali ini saja…”, sang gadis tidak mau melepaskan pelukannya dari kaki mamanya. “Permisi dong kak, mama mau jalan nih,” ucap sang mama berusaha melepaskan jemari mungil anaknya dari tungkai kakinya. Lalu sang mama berlutut dan mencium putri satu2nya itu. “Mama berangkat kerja dulu ya, sayang” dengan bergegas sang mama meninggalkan putri kecilnya sambil tidak lupa meninggalkan catatan yg panjang pada pembantu di rumah.

Gadis kecil itu termangu sendirian, masuk ke kamarnya dengan wajah murung. “Neng.. ini susu nya, mbak Jum tinggalin dulu ya, mbak mau jemur baju,” ucap mbak Jum pada anak majikannya. Si mbak pun ngeloyor pergi menunaikan tugasnya, sementara gadis kecil itu diam2 menangis di atas tempat tidurnya.

Tak berapa lama kemudian, gadis kecil itu mengambil selembar kertas, seperti hendak menulis sesuatu. Setelah selesai menulis, gadis yg baru berumur 5 th itu melipat kertas dan memasukkannya ke dalam amplop merah muda. Dia berniat menyerahkan surat itu pada mamanya, nanti setelah mamanya pulang dari kantor.

Menjelang sore, gadis kecil itu sudah ceria kembali, dia asyik bermain sepeda di halaman rumahnya yg memang tidak berpagar. Si mbak Jum memperhatikan dari kejauhan sambil menyirami tanaman di halaman rumah itu. Tanpa disangka-sangka, dari arah belakang sebuah sepeda motor melaju kencang dan menabrak sepeda gadis kecil itu, sang gadis terpental dan kepalanya membentur aspal… Mbak Jum yg melihat kejadian itu berteriak sekencang-kencangnya. Tidak berapa lama, satpam cluster perumahan itu datang, menangkap pengemudi sepeda motor yg ugal-ugalan itu untuk diserahkan ke polisi. Sementara dengan bantuan tetangga sekitar, gadis kecil itupun diantarkan ke rumah sakit terdekat.

Sang mama yg baru pulang dari kantor sekitar maghrib, bingung melihat rumahnya dalam keadaan gelap. Huuh.. dasar pembantu makan gaji buta… jam segini kok lampu2 belum dinyalakan, batinnya mengomel. Namun tidak berapa lama, sang mama dihampiri satpam yg sedang bertugas saat itu. “Ada apa pak..?,” tanyanya ketus. “Maaf bu, saya hanya mau mengabarkan jika putri ibu sedang di rumah sakit karena tadi sore ditabrak sepeda motor,” ucap pak satpam. Serasa disambar petir, tungkai perempuan itu langsung lunglai. “Mengapa bapak tidak mengabari saya..?, perempuan itu dengan nada marah berujar pada satpam yg berdiri di depannya. “Berkali-kali kami menghubungi ibu, tapi Hp ibu seolah tidak aktif..”. jawab sang satpam. Barulah perempuan itu tersadar jika sejak meeting tadi siang sampai malam ini, Hp nya belum diaktifkan lagi. “Maafkan saya pak… terima kasih infonya,” ucap perempuan itu sambil bergegas masuk ke dalam mobilnya, menuju rumah sakit yg dimaksud.

Namun apa daya, bukan putrinya yg lucu yg ditemuinya, yg selalu merajuk manja padanya tapi hanya jasad kaku yg siap dimandikan dan dimakamkan. Sungguh penyesalan teramat dalam menghinggapi hati sang ibu. Tak henti2 airmatanya mengalir..

Setelah melalui hari yg teramat berat, yaitu hari pemakaman putrinya, sang mama tanpa sengaja melihat amplop merah muda yg tergeletak di meja belajar anaknya. Diluar amplop itu tertulis “untuk : mama tersayang”.. kembali airmata menggenang di pelupuk matanya. Perlahan dibukanya amplop itu dan dibacanya surat yg terdapat di dalamnya. Perempuan itu tau persis itu tulisan tangan anaknya yg masih berumur 5 th, namun sudah bisa menulis dan membaca. “mama… maafin aku… aku sayang mama.. aku gak ganggu mama lagi… mama jangan marah ya..” hanya itu tulisannya, tapi mampu membuat sang mama tergugu… Dia ingat, anaknya pernah berujar hanya minta sehari saja bersamanya.. Dia ingat ketika menyebut anaknya sebagai penganggu… dan kini.. putri kecilnya itu tidak akan pernah lagi menganggunya.. selama-lamanya.

Sahabatku,
Mohon jangan acuhkan anak2 kita.. . Mereka mutiara yg tiada ternilai harganya… Bersabarlah dengan tingkah polah mereka… Allah Subhana Hu Wa Ta’Ala selalu memudahkan tugas kita dalam mengasuh dan mendidik mereka selama engkau tidak lupa memohon padaNYA..

Karena… sesal kemudian tiada guna…

Semoga kisah ini ada manfaatnya, InsyaAllah..

Wassalam,
Cibubur 23 Mei 2010


RINA SYARIF

Yg lemah dan miskin ilmu.

8 comments:

  1. Insya Allaah....

    ReplyDelete
  2. Cerita yang sangat mengharukan,,,,moga bsa d jdikan plajaran tuk kita semua,,,bnyak orng tua yang menyia-nyiakan anak,,pdahl mreka adalah permata dan anugrah terindah yg dititipkan oleh Allah,SWT,sprti q yg mrindukan seorng anak tpi tuhan belum memberikannya smpai skarang,,,,Maaf y; Mbak Rina di iringi Curhat sedikit,,he,he,,!

    ReplyDelete
  3. Masya Allah satu lagi,,pelajaran berharga,!! semoga kita semua senantiasa dalam rahmat dan lindunganNya,,

    ReplyDelete
  4. hiks...keluar j9a akhirx air mata q mbak,,,ceritax sedih b9t...

    ReplyDelete
  5. hiks hiks hiks mbak rina uti nangis baca kisah ini semua bisa jd pelajaran untuk saya agaar tdk menyia yiakan anak kita kelak,,,,,,,,,

    ReplyDelete
  6. Kisah inspiratif yang penuh dengan hikmah dan pembelajaran kepada kita semua sbg mahluk yang kebanyakan angkuh dan sombong..

    ReplyDelete