Bismillahirrahmanirrahiim,
“Nak… apakabarmu hari ini, sudah lama sekali mama tidak mendengar suaramu,” terdengar suara seorang perempuan paruh baya, dari ujung telepon sebelah sana. “Aku baik2 saja ma.. cucu-cucu mama juga sehat.. sudah ya ma, aku harus segera berangkat kerja, klienku sudah menungguku”. Jawab anaknya, seorang pengusaha sukses yg waktunya selalu disibukkan dengan kerja dan kerja. “Baiklah… doa mama selalu bersamamu” ucap suara sang ibu terdengar agak kecewa.
Perempuan tua itu mengusap airmata yg diam-diam menetes di pipinya. Terbayang di pelupuk matanya ketika jagoan kecilnya itu baru dilahirkannya. Dirawatnya baik-baik, disuapkannya makan, diayunkan supaya lelap tidurnya. Beranjak remaja, diturutinya apa mau anak laki-laki nya itu, sebatas kemampuannya akan dibelikan apapun pinta sang anak. Rasanya ilmu agama pun sudah cukup diajarkannya. Selalu diajak anaknya itu sholat berjama’ah dan mengaji. Namun mengapa seolah anaknya itu kini berubah…??
Biarlah ya Allah… aku membesarkan dan mendidik anakku karena Engkau, tidak sepantasnya aku bersedih seperti ini. Batinnya lagi.
Sahabatku yg dirakhmati Allah Ta’Ala,
Sekelumit prolog di atas menggambarkan betapa sedihnya hati orang tua kita dikala mereka telah renta dan butuh perhatian kita namun tidak didapatkan sesuai dengan harapannya. Sebenarnya jujur saja, pasti hal itu pula lah yg menggelayut dalam benak kita saat ini. Apakah anak2ku akan mengacuhkan ku pula dikala mereka beranjak dewasa kelak…?
Sahabat, coba lihat diri kita saat ini. Coba ingat-ingat lagi masa dimana kita masih kecil dan dalam pengasuhan orang tua kita. Terkadang apa yg menurut orang tua kita terbaik untuk kita, justru dibantah, karena dikala itu kita yakin bahwa pendapat kita lebih baik dari mereka. Bukankah jaman mereka berbeda dengan jaman kita (saat itu)..? Naah.. coba dikembalikan lagi pada kelakuan anak-anak kita sekarang. Coba perhatikan, dengan kritisnya mereka tidak mau menerima begitu saja pendapat kita tentang apa yg mereka kerjakan, pasti dibantah dulu, dengan gamblangnya mereka mengajukan dalil-dali yg sesuai dengan pemikiran mereka. Meskipun akhirnya toh mereka tetap akan menjalankan pendapat kita juga.. (dengan ikhlas ataupun terpaksa… karena gak betah dipelototin mama atau papanya teruuss..)
Sahabatku, saat ini kita hidup diantara dua masa. Kita sebagai anak yg memiliki orang tua yg membutuhkan perhatian kita, sementara kita juga sebagai orang tua yg sedang mendidik anak2 kita.
Sahabat, jika kelak anak-anak kita dewasa, maka maklumilah jika mereka akan jarang meneleponmu dan berkunjung padamu. Jangan bilang mereka anak yg durhaka, karena doa kita orang tuanya langsung didengar dan diIjabah Allah Subhana Hu Wa Ta’Ala. Tegakah kita sudah susah payah melahirkan, merawat dan mendidik mereka hingga dewasa namun mereka hanya akan jadi bahan bakar api neraka karena kita menyebut mereka sebagai anak durhaka..? Nau dzubillahi min dzaliik… Bersabarlah… Mereka mungkin sedang sibuk pula mendidik dan membesarkan cucu-cucumu, membina rumah tangganya. Sebagaimana yg sedang engkau rasakan sekarang.
Sahabat, marilah kita belajar ikhlas Lillahi Ta’Ala melakukan peran kita sebagai orangtua saat ini. Jangan mengharapkan balasan apapun dari anak-anak kita. Apalagi dalam bentuk materi. Cukuplah doa mereka saja yg kita harapkan. Bukankah doa anak yg sholeh dan sholehah lah yg akan menyelamatkan kita di dari siksa kubur..?
Namun sahabat,
Bagi orang tua kita saat ini, berikanlah perhatian dan kasih sayangmu sebaik mungkin. Engkau sudah merasakan betapa susah dan repot menjadi orang tua, penuh pengorbanan, tetesan darah dan keringat. Pastilah orangtua mu pun merasakan hal yg sama ketika mereka membesarkan kita. Jadi apa pantas kita mengacuhkan mereka setelah mereka berkorban demikian besar untuk kita…??
Sahabatku yg dirakhmati Allah Ta’Ala,
Inilah saatnya, keikhlasan mu sedang diuji… Jangan menyandarkan asa dan harapan pada manusia (pada anak kita kelak) nanti engkau akan kecewa… namun sandarkan dirimu pada Allah Subhana Hu Wa Ta’Ala semata. Niatkan semuanya Lillahi Ta’Ala, sehingga tidak akan ada rasa kecewa dan sedih berlebihan karena perbuatan anak-anak kita dikala mereka dewasa nanti. Anakmu bukan milikmu, mereka adalah amanah dari Allah Ta’Ala, dititipkan kepadamu untuk engkau rawat dan jaga sebaik-baiknya. Setelah itu… Biarlah waktu yg akan menjawabnya… Namun ingatlah satu hal, apa yg engkau tanam itulah yg akan engkau tuai/hasilkan kelak.
Semoga catatan sederhana ini bisa bermanfaat dan bisa menjadi bahan renungan bagi kita bersama, InsyaAllah…
Wassalam,
Cibubur 25 Mei 2010
“Nak… apakabarmu hari ini, sudah lama sekali mama tidak mendengar suaramu,” terdengar suara seorang perempuan paruh baya, dari ujung telepon sebelah sana. “Aku baik2 saja ma.. cucu-cucu mama juga sehat.. sudah ya ma, aku harus segera berangkat kerja, klienku sudah menungguku”. Jawab anaknya, seorang pengusaha sukses yg waktunya selalu disibukkan dengan kerja dan kerja. “Baiklah… doa mama selalu bersamamu” ucap suara sang ibu terdengar agak kecewa.
Perempuan tua itu mengusap airmata yg diam-diam menetes di pipinya. Terbayang di pelupuk matanya ketika jagoan kecilnya itu baru dilahirkannya. Dirawatnya baik-baik, disuapkannya makan, diayunkan supaya lelap tidurnya. Beranjak remaja, diturutinya apa mau anak laki-laki nya itu, sebatas kemampuannya akan dibelikan apapun pinta sang anak. Rasanya ilmu agama pun sudah cukup diajarkannya. Selalu diajak anaknya itu sholat berjama’ah dan mengaji. Namun mengapa seolah anaknya itu kini berubah…??
Biarlah ya Allah… aku membesarkan dan mendidik anakku karena Engkau, tidak sepantasnya aku bersedih seperti ini. Batinnya lagi.
Sahabatku yg dirakhmati Allah Ta’Ala,
Sekelumit prolog di atas menggambarkan betapa sedihnya hati orang tua kita dikala mereka telah renta dan butuh perhatian kita namun tidak didapatkan sesuai dengan harapannya. Sebenarnya jujur saja, pasti hal itu pula lah yg menggelayut dalam benak kita saat ini. Apakah anak2ku akan mengacuhkan ku pula dikala mereka beranjak dewasa kelak…?
Sahabat, coba lihat diri kita saat ini. Coba ingat-ingat lagi masa dimana kita masih kecil dan dalam pengasuhan orang tua kita. Terkadang apa yg menurut orang tua kita terbaik untuk kita, justru dibantah, karena dikala itu kita yakin bahwa pendapat kita lebih baik dari mereka. Bukankah jaman mereka berbeda dengan jaman kita (saat itu)..? Naah.. coba dikembalikan lagi pada kelakuan anak-anak kita sekarang. Coba perhatikan, dengan kritisnya mereka tidak mau menerima begitu saja pendapat kita tentang apa yg mereka kerjakan, pasti dibantah dulu, dengan gamblangnya mereka mengajukan dalil-dali yg sesuai dengan pemikiran mereka. Meskipun akhirnya toh mereka tetap akan menjalankan pendapat kita juga.. (dengan ikhlas ataupun terpaksa… karena gak betah dipelototin mama atau papanya teruuss..)
Sahabatku, saat ini kita hidup diantara dua masa. Kita sebagai anak yg memiliki orang tua yg membutuhkan perhatian kita, sementara kita juga sebagai orang tua yg sedang mendidik anak2 kita.
Sahabat, jika kelak anak-anak kita dewasa, maka maklumilah jika mereka akan jarang meneleponmu dan berkunjung padamu. Jangan bilang mereka anak yg durhaka, karena doa kita orang tuanya langsung didengar dan diIjabah Allah Subhana Hu Wa Ta’Ala. Tegakah kita sudah susah payah melahirkan, merawat dan mendidik mereka hingga dewasa namun mereka hanya akan jadi bahan bakar api neraka karena kita menyebut mereka sebagai anak durhaka..? Nau dzubillahi min dzaliik… Bersabarlah… Mereka mungkin sedang sibuk pula mendidik dan membesarkan cucu-cucumu, membina rumah tangganya. Sebagaimana yg sedang engkau rasakan sekarang.
Sahabat, marilah kita belajar ikhlas Lillahi Ta’Ala melakukan peran kita sebagai orangtua saat ini. Jangan mengharapkan balasan apapun dari anak-anak kita. Apalagi dalam bentuk materi. Cukuplah doa mereka saja yg kita harapkan. Bukankah doa anak yg sholeh dan sholehah lah yg akan menyelamatkan kita di dari siksa kubur..?
Namun sahabat,
Bagi orang tua kita saat ini, berikanlah perhatian dan kasih sayangmu sebaik mungkin. Engkau sudah merasakan betapa susah dan repot menjadi orang tua, penuh pengorbanan, tetesan darah dan keringat. Pastilah orangtua mu pun merasakan hal yg sama ketika mereka membesarkan kita. Jadi apa pantas kita mengacuhkan mereka setelah mereka berkorban demikian besar untuk kita…??
Sahabatku yg dirakhmati Allah Ta’Ala,
Inilah saatnya, keikhlasan mu sedang diuji… Jangan menyandarkan asa dan harapan pada manusia (pada anak kita kelak) nanti engkau akan kecewa… namun sandarkan dirimu pada Allah Subhana Hu Wa Ta’Ala semata. Niatkan semuanya Lillahi Ta’Ala, sehingga tidak akan ada rasa kecewa dan sedih berlebihan karena perbuatan anak-anak kita dikala mereka dewasa nanti. Anakmu bukan milikmu, mereka adalah amanah dari Allah Ta’Ala, dititipkan kepadamu untuk engkau rawat dan jaga sebaik-baiknya. Setelah itu… Biarlah waktu yg akan menjawabnya… Namun ingatlah satu hal, apa yg engkau tanam itulah yg akan engkau tuai/hasilkan kelak.
Semoga catatan sederhana ini bisa bermanfaat dan bisa menjadi bahan renungan bagi kita bersama, InsyaAllah…
Wassalam,
Cibubur 25 Mei 2010
RINA SYARIF,
Yg lemah dan miskin ilmu
Trm ksh, jeng Rina. Sy jd lbh ingin m'bhgiakan ibu sy yg sdh 81th. Utk anak2 sy, insya Allah sy akan menyayangi mrk spenuh hati, lillahi ta'ala.
ReplyDeletewah...rin, tulisannnya bagus bgt sih! bener juga ya rin...kita melakuakan apapun itu hrs kartena Allah SWT, bukan karena apa atau siapa...so...kita ga akan kecewa nantinya.
ReplyDeletethanks ya rin...udah ngingetin.
terima kasih mba sdh mengingatkan sy,insya Allah sy akan jg amanah dri Allah ini mba 2 bidadari kecilku(manda & azizah) dan menjadikan mereka anak2 yg solehah insya Allah, Amin.
ReplyDeleteterima kasih ya bu,,,,,
ReplyDeletetelah mengingatkan..........
saya selalu suka cerita yang ibu buat,,,,
membuat saya jadi termotivasi....
terima kasih yach bu,,,,,,