Saturday, May 22, 2010

KECUPAN DI DAHI

Bismillahirrahmanirrahim,

“Assalamu’alaikum, ma…”, kecupan lembut mendarat di dahi perempuan cantik itu. Perlahan dibukanya matanya, dipandangi wajah yg sudah keriput dan rambut yg mulai memutih, namun herannya senyum itu masih sama seperti 35 th yg lalu. Masih menawan dan tampan… “Wa’alaikumsalam… “, jawab perempuan yg masih terlihat anggun itu sambil mengelus pipi suaminya. “Terima kasih ya pa..” ucapnya lagi. “Untuk apa..?” sang suami balik bertanya. “Karena engkau tidak pernah bosan mengecup keningku setiap kali membangunkan aku”, jawab sang istri sambil memandang mesra pada suami tercintanya. “Yuk, wudhu… kita jama’ah Qiyamul lail seperti biasanya,” ajak sang suami lembut. Sang istri pun mengangguk.

Setelah mereka selesai sholat Qiyamul Lail berjama’ah, sang suami menggenggam jemari istrinya. “Mama kuat jalan ke mesjid..?” rematik yg menyerang kaki istrinya terkadang membuat sang istri agak kesulitan berjalan di udara dingin. “InsyaAllah, pa..” jawab istrinya tersenyum. Dengan perlahan sepasang suami istri yg sudah sepuh itu menyiapkan diri untuk sholat shubuh berjama’ah di mesjid yg tidak jauh dari rumah mereka.

Sambil terus bergandengan tangan, mereka berjalan menuju mesjid yg hanya beberapa meter dari rumah mereka. Sesampai di mesjid sang suamipun melepaskan tangan sang istrinya, tersenyum dan melambai pada perempuan yg sudah menganugrahinya anak2 yg sholeh dan sholehah, yg kini telah memiliki keluarga masing2 pula.


Selalu begitu, tidak pernah lupa sang suami mengecup kening sang istri setiap kali membangunkannya. Hingga suatu ketika beberapa tahun kemudian, stroke menyerang sang istri. Penyakit itu memaksa sang istri untuk dirawat di rumah sakit. Berhari-hari sang suami tidak pernah lepas mendampingi istri tercinta. Setiap saat tidak bosan ia lantunkan ayat2 suci Al Qur’an disamping tubuh istrinya yg lemah.

Pada suatu malam, sang istri membisikkan sesuatu ke telinga suaminya. “Pa, InsyaAllah tugasku di dunia sudah selesai, anak2 sudah selesai kuliah, bekerja dan sudah mempunyai keluarga sendiri pula… maafkan aku jika selama ini mendampingimu lebih banyak membuatmu bersedih daripada tersenyum.. Maafkan aku jika masih belum sempurna menjadi pendamping hidupmu..” Seketika itu pula mata sang suami berkaca-kaca, entah mengapa sepertinya belahan jiwanya ini mempunyai firasat, bahwa waktunya tinggal sebentar lagi. “Ssstt… gak boleh ngomong begitu, umur rahasia Allah, sayang… jangan2 kamu sudah bosan mendampingiku selama ini…?, “ jawab sang suami lembut. “Aku hanya ingin bertanya.. mengapa lebih dari 40 th ini, engkau selalu setia mendampingiku..? mengapa semasa dulu ketika papa punya banyak uang dan kesempatan tidak berpaling mencari istri yg lebih cantik dariku..?” Tanya sang istri pada suaminya. Dengan tersenyum sang suami menjawab, “Aku kan sudah pernah bilang, bahwa banyak perempuan yg cantik dan jumlahnya selalu bertambah… namun yg bisa membuatku nyaman, rindu, cinta, nafsu dan sayang cuma kamu seorang permaisuriku..” Ditatapnya manik mata sayu istrinya, “Mau tau lagi kenapa..? karena engkau tidak pernah membantahku, selalu menjaga kehormatanmu, dengan sabar merawat dan mendidik buah hati kita dan yang terpenting engkaupun setia mendampingiku…”. Perlahan menetes air mata haru dari pelupuk mata sang istri. “ Terima kasih ya sayang..” bisik lemah si istri sambil kembali menutup matanya.

Menjelang hari ke-5 di rumah sakit, datanglah saat itu, tubuh sang istri bergetar hebat, mengigil… sakratul maut sepertinya siap menjemput. Dengan dipandu suaminya, sang istri berhasil mengucapkan dua kalimat syahadat sebelum menutup mata untuk selamanya. Tidak ada airmata yg menetes, karena sang suami tidak rela jika istrinya disiksa di alam kubur hanya karena tetesan air mata sesal dirinya. Dengan lembut kembali dikecupnya kening sang istri… “Inna Lillahi Wa Inna Illaihi Ro’jiun… selamat jalan sayang, semoga amal ibadahmu menjadi teman setia di alam kuburmu, aku akan selalu mencintaimu bahkan di kehidupan setelah kematian..”, ucap sang suami untuk terakhir kalinya.

Kecupan di dahi… sesuatu yg sangat ringan dilakukan namun mampu menguatkan rasa cinta sepasang suami istri.

Jangan pernah remehkan hal2 kecil yg ditunjukkan oleh suami/istrimu, karena bisa jadi suatu ketika itu adalah hal terakhir yg bisa Ia lakukan untukmu sebelum ajal memisahkan..

Semoga kisah ini ada manfaatnya,

Wassalam,
Cibubur, 22 Mei 2010



RINA SYARIF
Yg lemah dan miskin ilmu.

1 comment:

  1. Salam kenal Mbak Rina.
    Tulis mbak banyak memberikan nilai2 yang baik.

    Senang bisa baca tulisan mbak. Ini salah satu yang cukup berkesan buat saya.

    Terus nulis ya mbak.

    Thanks
    Armi

    ReplyDelete